Setiap ulang tahun (dan hari ini adalah ulang tahun saya yang ke-44!) mengundang refleksi—tentang apa yang telah saya pelajari, apa yang saya hargai, dan bagaimana saya ingin berjalan maju dengan kejelasan, keberanian, dan keanggunan yang lebih besar.   1. Keluarga tetap menjadi detak jantung dalam hidup saya. Semuanya mengembang ke luar dari sana. 2. Kedamaian lahir bukan dari lupa, tetapi dari mengubah rasa sakit menjadi kebijaksanaan. Seperti yang ditulis penyair Rumi, "Luka adalah tempat di mana Cahaya masuk ke dalam Anda." Penyembuhan sejati membutuhkan kesabaran. Kekuatan untuk duduk dengan apa yang hancur sebelum membangun apa yang akan terjadi selanjutnya. Dalam keheningan itu, empati menjadi arsitektur." 3. Kebaikan adalah bentuk kebesaran yang paling sederhana. Di dunia yang menghargai kebisingan dan kepentingan pribadi, bersikap baik adalah tindakan pemberontakan yang diam-diam. Bersikap baik bukanlah naif, itu kuat, berani dan radikal. 4. Keyakinan datang sebelum kemampuan.  Anda harus percaya pada diri sendiri terlebih dahulu. Seperti yang dikatakan Virgil: "Mereka bisa karena mereka pikir mereka bisa." 5. Kekuatan sejati adalah penguasaan diri.  "Dia yang menaklukkan orang lain itu kuat; dia yang menaklukkan dirinya sendiri adalah perkasa." Lao Tzu memahami bahwa penguasaan diri melampaui semua kemenangan lahiriah. 6. Kebebasan sejati dimulai dalam keheningan itu — kemampuan untuk memilih, daripada bereaksi. Seperti yang ditulis Viktor Frankl, "Antara stimulus dan respons ada ruang. Di ruang itu adalah kekuatan kita untuk memilih tanggapan kita. Dalam tanggapan kami terletak pertumbuhan dan kebebasan kami." 7. Kesedihan tidak lenyap, itu berubah. Ini mengukir dimensi baru dalam diri kita, membentuk kembali cara kita mencintai, mengingat, dan melihat dunia. Seperti yang ditulis Alan Watts, "Semakin suatu benda cenderung permanen, semakin cenderung tidak bernyawa." Kesedihan, dalam pergerakannya, membuat ingatan tetap hidup, bukan sebagai sesuatu yang harus dihindari, tetapi sebagai sesuatu yang terus menjadi. 8. "Rutinitas, pada orang yang cerdas, adalah tanda ambisi." — W.H. Auden Disiplin adalah perancah kebesaran dan arsitektur kemajuan yang tenang. Pikiran yang ambisius membangun kebebasan melalui struktur, mengetahui bahwa penguasaan lahir dari pengulangan yang disempurnakan oleh niat. 9. Keingintahuan adalah bentuk pengabdian. Itu membuat kita terus bertanya, berkembang, dan terbuka terhadap apa yang masih harus diajarkan dunia. 10. Jangan salah mengira kesibukan sebagai tujuan. Pekerjaan yang paling bermakna sering datang dalam keheningan. 11. Kebosanan adalah ambang pintu. Di luarnya terletak imajinasi, inovasi, dan permainan baru. 12. Kesuksesan bukanlah skala; itu keselarasan. Bangun hal-hal yang terasa benar. 13. Teknologi, ketika digunakan dengan kebijaksanaan, dapat menerangi lebih banyak daripada mengaburkannya. Carilah cahaya dalam kekuatan. 14. Persahabatan adalah tanah suci. Plato menyebutnya cinta tertinggi. Hormatilah dengan kesetiaan, perkayalah dengan kemurahan hati, dan biarkan tetap hidup dengan sukacita. 15. Suara yang paling penting untuk dikonsultasikan adalah suara yang tenang di dalamnya. 16. Bermain tidak sembrono. Itu melarutkan kekakuan dan mengingatkan kita bahwa sukacita bukanlah gangguan dari pertumbuhan, itu adalah katalisnya. Membuat ruang untuk bermain bukanlah melarikan diri dari kehidupan; itu memperdalamnya. 17. Biarkan kecantikan mengganggu Anda. Matahari terbenam, lagu, pertanyaan anak-anak ... masing-masing adalah panggilan kembali ke masa kini. 18. Hiduplah dengan cara yang membuat anak Anda dulu dan orang yang Anda banggakan.   Lingkaran lain mengelilingi matahari. Masih belajar. Masih berkembang. Masih bersyukur. Inilah perjalanan dan menghadapi tahun-tahun mendatang dengan cinta, kekuatan, dan keajaiban.